Senin, 17 September 2012


JURNAL KARAT # 89.5 SELAMAT DATANG DI GERBANG KERAJAAN SERIGALA!

JURNAL KARAT # 89.5 SELAMAT DATANG DI GERBANG KERAJAAN SERIGALA!


           8 Oktober, Sabtu, Latihan Pertama Karat dan Sarasvati untuk Djakarta Artmosphere
Djakarta Artmosphere adalah sebuah cita-cita mengenalkan dan menyelaraskan musik Indonesia lama dengan yang baru, berusaha mengingatkan kembali bahwa banyak hal belum terangkat yang kiranya dapat menginspirasi generasi sekarang demi berkembangnya musik Indonesia.
Cita-cita ini dilaksanakan dalam bentuk pagelaran musik kolaborasi antara musisi Indonesia lintas generasi yang akan digelar tanggal 22 Oktober 2011. Panggung utama terletak di Tennis Indoor Senayan, menampilkan kolaborasi Koes Plus dengan The Brandals, Yockie Suryoprayogo dengan Pure Saturday,  Margie Segers dengan Endah n’ Rhesa, serta Keenan Nasution dengan Sarasvati. Karat di acara ini mendukung Sarasvati memainkan lagu-lagu Sarasvati dan Keenan Nasution. Tiga lagu baru yang akan dimainkan adalah karya Guruh Soekarnoputra, “Zamrud Khatulistiwa”, “Sendu”, dan lagu berbahasa Bali, “Chopin Larung”.
Selain panggung utama, ada juga panggung “Joyland”, di pelataran area luar depan gedung Tennis Indoor yang menampilkan beberapa band yang sesuai dengan tema yang diangkat tahun ini, psychedelic. Beberapa band yang tampil di sini adalah, Dialog Dini Hari, White Shoes & The Couples Company, Sir Dandy, Luky Annash, dan The Experience Brothers.
Latihan pertama digelar di Studio Aru, Jalan Riau Bandung, semua fokus ke lagu “Chopin Larung” lagu yang memiliki bagan musik yang kaya dan sangat teatrikal. Tak cuma keahlian musik yang harus dimainkan di lagu ini, namun juga alur yang dikisahkan. Solo piano di tengah lagu akan digubah menjadi solo kacapi yang dimainkan Jimbot bersahutan dengan karinding, celempungan, dan kacapi awi. Ini menjadi salah satu elemen yang penting dalam membangun nyawa “die hard” lagu ini. Dua lagu lain, “Zamrud Khatulistiwa” dan “Sendu” juga dimainkan di sesi latihan ini.
9 Oktober, Minggu, Karat, Sarasvati, dan Keenan Nasution
Jam setengah sebelas, Okid dan Wisnu mewakili Karat berangkat ke Jakarta bersama Sarasvati menemui Keenan Nasution untuk sharing kolaborasi mereka di Djakarta Artmosphere. Bersama Syauqi, Risa, Gembong, Akew, Egi, rombongan sampai di Jakarta jam setengah tiga, dan Dimas bergabung di sana. Semua langsung menuju rumah Keenan dan sesampainya di sana sudah ada panitia Djakarta Artmosphere menyambut juga.
Awalnya canggung berhadapan dengan salah satu legenda musik Indonesia ini. Namun keterbukaan Keenan dan istrinya, Ida Royani, mencairkan segalanya. Keramahan mereka menyambut tamu-tamunya membuat suasana hangat terasa. Ida Royani menyuguhkan teh buatannya sendiri yang begitu lezat.  Ketika ia menawarkan siapa yang mau nambah, semua angkat tangah. Tehnya memang benar-benar lezat.
Perbincangan pun dimulai, dari membahas penggantian nada dasar lagu, pesan Keenan agar jembatan piano di lagu “Chopin Larung” jangan dirobah karena itu butan Guruh Soekarnoputra. Keenan sempat berkisah mengenai proses Guruh menciptakan jembatan di “Chopin Larung”, ketika ia ada di Bali dan membayangkan dan dilarung di sana. Lagu ini pada dasarnya adalah kritik Guruh terhadap Bali yang terlalu tebuka dalam menerima pengaruh asing karena ini berpotensi mereduksi nilai-nilai kehidupan Bali itu sendiri. Keenan juga menjajaki kemungkinan duet dram bersama Papay, namun kemungkinan Papay akan bermain celempung renteng diiringi karinding celempung oleh Karat. Sharing diteruskan membahas hal-hal teknis dan akhirnya semua sepakat untuk latihan bersama hari Sabtu atau Minggu di studio Zeke and the Popo.
Keramahtamahan tuan rumah terus berlanjut. Ketika rombongan akan pamit, Tante Ida melarang Sarasvati dan Karat agar jangan dulu pulang. “Kalian harus ngerasain martabak paling enak di Jakarta!” katanya. Maka obrolan diteruskan semakin hangat dan larut. Tante Ida bercerita tentang kehidupan artis pada masa beliau, sang legenda Benyamin S., sosok yang menjadi pasangan duetnya dulu. Begitu banyak kenangan bersama Bang Ben yang diceritakan Ida. Tante Ida juga bercerita tentang band favoritnya, The Rollies. “Gito Rollies itu keren kalo udah bergaya dengan rambut kribonya, tapi kalo udah ngomong bahasa Sunda, hilang sudah semua hahaha,”
Di tengah obrolan, Okid sempat memperkenalkan waditra karinding kepada panitia. Panitia menyatakan tak salah mengundang Sarasvati karena mereka kini punya wawasan baru mengenai music karinding dan Karat sendiri. Silaturahmi akhirnya selesai jam setengah tujuh malam. Setelah berfoto bersama, jam setengah tujuh ombongan pulang kembali ke Bandung.
Kimung sebetulnya sangat ingin ikut menemui Keenan. Tapi ia harus tampil bersama Sonic Torment di gelaran Kickfest 2011 di Gasibu, Bandung. Sebuah penampilan yang spektakuler, dengan penonton yang spektakuler juga.  Kita ceritakan ini lebih seru di buku ke tiga Panceg Dina Galur, Ujungberung Rebels oks. Usai tampil, Kimung bertemu Angkuy Bottle Smoker di arena penonton Kickfest. Angkuy mengabarkan akan ada dua mahasiswa asal Detroit, Amerika Serikat, akan datang ke Bandung untuk membuat film dokumenter mengenai musik tradisional. Untuk itu Angkuy akan menyambungkan Kimung dengan dua mahasiswa ini dalam pembuatan film tersebut. Hajar mangs!
10 Oktober, Senin, Koreksi Terakhir & Karat vs Malaikat dan Singa
Koreksi terakhir, menulis Jurnal Karat 89.5 yang isinya hingga hari ini, Senin. Jurnal akan ditutup hari Selasa besok.
Koreksi naskah terakhir, melengkapi Daftar Isi, mengecek link ketersambungan foto degan naskah, dan membuat dalam format PDF. Pekerjaan ini dilakukan Kimung dan Popup di kamar kerja Popup.
11 Oktober, Selasa, SELAMAT DATANG DI GERBANG KERAJAAN SERIGALA!!!
Maka demikianlah saya harus menutup buku ini. Ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada awal ada akhir, dan koin tak akan bermakna jika hanya punya satu sisi mata uang saja. Namun ini bukan akhir. Ini adalah awal. Gerbang pemahaman kita akan sesuatu yang lama namun terus kita perbaharui seiring tarikan napas dalam gejolak hasrat kita yang terus bergelora.
Perjalanan Karat masih sangatlah panjang. Tanggal 22 Oktober 2011, Karat akan mendukung kolaborasi Sarasvati dengan Keenan Nasution di acara Djakarta Artmosphere, Tennis Indoor Senayan, tanggal 23 Oktober 2011 akan tampil di Bumi Sangkuriang bersama Abah Iwan Abdurrahman, Ayu Laksmi, Glenn Fredly, dan musisi-musisi lain, dan tentu saja gelaran konser tunggal sekaligus peluncuran album perdana Karat tanggal 16 Desember 2011 di Hotel Hilton Bandung. Setelah itu banyak sekali para penyelenggara acara yang sudah mendekati Karat. Setidaknya tawaran tampil bagi Karat sudah sampai hingga Februari 2012. Lagu-lagu baru juga sedang menanti untuk digarap. Setidaknya Kimung sudah memiliki tujuh lagu baru yang siap digarap untuk Karat, “Disko Pemberontakan”, “We’re Different Cos We Play Free!”, “KDWL”, “Ti Isuk Jedu Nepi ka Sore Jeder”, “Jalanan Ujungberung”, “Kagok Borontok Kapalang Carambang”, dan “Madya Gantang”; ditambah tiga lagu terbaru karya Man, “Anak Monyet”, “Usaha”, dan “Kaki Industri”. Kimung juga sehat wal afiat dan terus menuliskan jurnal-jurnal Karat setiap harinya. Amiin.
Hari-hari selalu berganti dan karenanya saya tahu saya dan kamu juga terus berubah. Ke arah yang semakin baik, selalu, tentunya.

0 komentar:

Posting Komentar